Lalitavistara (Riwayat Hidup Sang Buddha seperti dikisahkan pada relief Candi Borobudur), 2011, Gramedia.
Resensi Oleh : Rena Asyari

Lalitavistara menceritakan tentang asal mula, kehidupan sang Buddha seperti yang dikisahkan pada relief Candi Borobudur. Terdiri dari 5 panel penceritaan yaitu : (1) Menyambut kelahiran terakhir sang Bodhisattwa, (2) Masa kecil dan remaja pangera Siddharta, (3) “Empat Pertemuan” dan “Pelepasan Agung” Siddhartha, (4) Bertekad mencapai pencerahan : Tahun-tahun Gautama sebagai pertapa pengembara, (5) Pencerahan dan “Pemutaran Roda Dharma Perdana” Buddha.
Borobudur didirikan oleh penguasa Buddhis, Sailendra yang memerintah pada awal abad kedelapan dan awal abad kesembilan Tarkh Masehi (sekitar 1230 tahun setelah Buddha historis memasuki Maha Parinirvana dan sekitar 150 tahun setelah perjalanan Nabi Muhammad menuju Madinah menurut penanggalan muslim).
Kita mungkin bertanya-tanya apa dan mengapa dengan Borobudur. Dilihat dari bentuknya apakah Borobudur merupakan sebuah representasi dari Mahameru, gunung kosmis yang terletak di tengah-tengah semesta Buddhis? Ataukah Borobudur cerminan pengaruh yang mendalam Buddhisme Wajrayana Tibet dilihat dari bentuknya yang serupa Mandala? Atau jangan-jangan Borobudur hanyalah sebuah alat pembelajaran raksasa untuk para penziarah yang semestinya berpradaksina mengelilingi pelataran-pelataran yang semakin memuncak sebanyak sepuluh kali untuk merenungkan tingkat kesadaran tertinggi?
Keindahan Borobudur terletak pada gabungan tiga aliran utama Buddhisme : Hinayana, Mahayana dan Wajrayana. Dua ratus tahun setelah pendiriannya candi ini tenggelam terlupakan. Dibutuhkan waktu hampir seribu tahun hingga Sir Thomas Stamford Raffles seorang ahli batu menggali Borobudur untuk pertama kalinya. Dibutuhkan juga waktu tambahan sekitar 180 tahun oleh orang Belanda, pemerintah Indonesia dengan dukungan UNESCO dan masyarakat internasional agar monumen raksasa ini berdiri kembali.
Buku Lalitavistara menyajikan bahasa yang Indah dan informasi yang lengkap tentang riwayat sang Buddha. Gambar-gambar relief yang bisa kita lihat pada buku ini seolah menyadarkan kita bahwa Borobudur bukan hanya tentang bangunan raksasa tapi Borobudur adalah saksi hidup bahwa kehidupan telah ada ribuan tahun lalu.
Mungkin semua orang di Indonesia pernah ke Borobudur entah dalam bentuk study tour seperti yang dilakukan oleh anak-anak sekolah ataupun sekedar wisata. Tapi, mungkin tidak semua yang pernah ke Borobudur paham akan cerita yang terkandung di dalamnya. Ada baiknya jika setiap dari kita memiliki buku ini sebagai panduan tentang rekreasi, wisata sejarah dan lebih dari itu sebagai perenungan tentang kehidupan. Buku ini terbit tahun 2011 dengan dukungan dari PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko yang ditujukan sebagai bentuk dokumentasi salah satu warisan dunia, disajikan dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia. Dengan 376 halaman, buku ini sangat bagus untuk di baca dan di share-kan ke yang lainnya.