Filsafat Seni
Penulis: Jakob Sumardjo, Penerbit ITB
Review oleh Dy Murwaningrum
Buku fisafat Seni merupakan buku yang cukup populer bagi mahasiswa seni, bahkan menjadi buku wajib bagi beberapa pengajar seni. Buku yang layak dan wajib untuk dibaca oleh manusia yang mencintai seni, dan atau siapa saja.
Akar dan asal muasal istilah seni dikupas dengan teliti sampai pada keterkaitan seni dengan ilmu-ilmu lain. Definisi-definisi dari beberapa tokoh juga disampaikan untuk memandu pemahaman pembaca.
Dalam bukunya, Jakob menyampaikan melalui bahasa yang mudah dimengerti bahkan oleh orang yang tidak berkecimpung di bidang filsafat sekalipun. Paparan Jakob sangat membantu khususnya bagi para pelaku atau mahasiswa seni, untuk menyadari dan memahami tentang seni dalam berbagai sudut pandang. Teori dan konsep konsep mengenai bagaimana sebuah kreativitas dapat dihasilkan, merupakan informasi yang sangat berarti.
Dalam kehidupan sehari-hari kita terbiasa merespon segala sesuatu dengan kreatif, ekspresif dan spontan. Namun bagaimana proses sebuah kreativitas muncul seolah tiba-tiba? Jakob membahasnya dengan runtut dalam buku ini. Bagaimana kreativitas akhirnya ada dan muncul, setelah perjalanan dalam diri kita.
Tentang ekspresi Jakob juga menampilkan beberapa bentuk ekspresi manusia baik ketika marah, sedih atau bahagia. Manusia juga mampu mengolah ekspresinya tersebut dengan cara mengendapkan, merenungkan dan menampilkannya kemudian, dengan bentuk ekspresi seni. Ekspresi yang sudah terfilter, penuh muatan perenungan dan dapat dinikmati oleh orang lain.
Seni merupakan produk masyarakat, namun juga sebaliknya masyarakat dapat berubah karena seni. Seniman memiliki peran yang cukup signifikan dalam masyarakat. Masyarakat yang seringkali sangat normatif, lantas bagaimana dengan pelaku seni nya? Apakah pelaku seni sama baiknya dengan seni yang dihasilkannya? Apa pelaku seni mungkin lebih mulia dari seni nya? Atau malah lebih buruk? Hal ini dibahas Jakob dalam kacamata moral dan etika.
Buku ini sangat membantu perenungan setelah kita berada dalam wilayah praktik, misalnya penyadaran mengenai musik. Musik memang mudah didengarkan namun sulit untuk dibicarakan. Rupa pun enak untuk dipandang namun sulit untuk mendiskusikannya. Jakob menyadarkan pikiran-pikiran kita yang selama ini hanya berproses untuk mencipta dan berkarya. Jakob memberi pengertian tentang bagaimana sebuah ide ini berproses di dalam kepala kita, menjadi perenungan yang melibatkan unsur utama yaitu perasaan.

Di berbagai berita akhir-akhir ini seringkali kita dengar mengenai pengerusakan seni, pemusnahan dan sikap anti secara berlebihan pada produk-produk seni. Pada bagian akhir Jakob juga membahas mengenai konflik-konflik seni. Bagaimana bisa sebuah karya seni digugat oleh moral masyarakat.
Pada halaman 250, Jakob memaparkan bahwa gugatan dari masyarakat atas temuan seniman, dikarenakan masyarakat belum mampu menerima bahwa manusia tidak selalu seperti yang dilihat pada tingkat moral masyarakatnya. Seniman selalu avant garde, selalu bertindak sebagai perintis kebenaran sehingga temuan-temuan kebenarannya kadang asing bagi masyarakat yang memang tidak kreatif mencari dan menyadari.
Seni dan politik memiliki cara yang bertentangan dalam mencari kebenarannya. Politik lebih bersifat sementara sedang seni lebih universal dan kekal. Seni tidak mungkin mengabdi pada politik, karena begitulah kodrat seni namun jika politik mengabdi pada seni, begitulah yang diharapkan.
Jakob juga mengantar kita pada pengetahuan filsafat dunia. Jakob membahas dari masa ke masa dan sekaligus perkembangan filsafat seni dan kesenian dunia. Tidak lupa Jakob membedah tentang seni Indonesia. Estetika Indonesia, termasuk estetika seni tradisi dan persoalannya. Jakob dalam filsafat seni, menurut saya bukan hanya mampu membuka pemahaman dan penyadaran namun juga membuka wawasan dan pengetahuan yang seringkali diabaikan oleh para pelaku seni. Kita juga harus mengingat kembali bahwa segala sesuatu berproses, dan wajib bagi kita untuk memahami proses tersebut agar kita tidak mati langkah di tengah jalan.