12257_10200621715967783_144639511_n

oleh : Dyah Nurhayati (AYA).

Dosen seni rupa ISBI Bandung, volunteer pada berbagai komunitas (komunitas Bisa dan Kelas Inspirasi). Penulis bisa dihubungi di email: dyahayanurhayati@gmail.com atau https://www.facebook.com/de.aya

 

Mengapa Rote menjadi menarik….

Cerita ini berawal dari rasa penasaran yang amat dalam. Rote… What a cool? What a cool destination?  Rote… What’s a beauty? Melalui Festival Gerakan Indonesia Mengajar, saya berkesempatan menjadi salah satu relawan narasumber untuk metode belajar kreatif calistung, khususnya metode membaca dan menulis. Suatu kehormatan bagi saya bisa tampil dihadapan para guru dan pengerak pendidikan di kota Ba’a, Rote Ndao yang juga tantangan buat saya, namun disisi lain ada rasa ketakutan yang amat karena merasa diri ini justru masih harus banyak belajar. Rasa ketakutan itu sirna, dikala melihat antusiasme rekan-rekan relawan dan imajinasi indahnya kepulauan Rote yang sudah mulai membayang. Setidaknya saya ingin mengukur seberapa luas kepulauan NKRI ini, hehe… melihat sisi paling selatan Indonesia dari sudut pandang sumber daya alam dan manusianya melalui pendidikan, alasan mutlak untuk saya harus bergegas tanpa berpikir panjang. And the day is coming…

Kebanyakan orang berpikir bahwa dengan insentif, uang, merupakan cara paling efektif untuk menggerakkan orang. Pendapat ini tidak salah tetapi tidak akan berlaku bagi masyarakat yang bekerja dengan idealisme, serta menghayati nilai-nilai spiritual secara intens. Bahkan, perintis kemerdekaan negara RI berjuang bukan karena insentif uang. Mereka mempertaruhkan harta, jiwa bahkan nyawa.

Loka Rote….

Loka Rote. Salah satu contoh konkret iuran publik yang saya rasakan, seperti halnya Kelas Inspirasi. Tidak peduli seberapa jauh dan seberapa mahal tiket saat itu, bagi kami relawan pusat tidak ada hal yang lebih membahagiakan dibanding kebersamaan dalam berbagi. Semangat itu ada dalam setiap individu relawan yang terpatri dalam gagasan dan cinta, kasih mengasihi satu sama lain tanpa pandang bulu. Melalui penekanan peningkatan kapasitas diri pada guru dan penggerak pendidikan dalam memajukan pendidikan di daerah, tanpa terkecuali Rote. Fokus pada pelatihan dan pendampingan untuk berbagai materi, diantaranya metode belajar kreatif calistung, manajemen berbasis sekolah dan taman baca, yang dikemas dalam satu wahana RUBI atau Ruang Berbagi Ilmu. Mereka menyerap dengan seksama ilmu yang kami berikan meskipun yang kami bagi hanya sedikit.

Seperti halnya Mahatma Gandhi, dimana gagasan, semangat dan cinta mereka untuk memperbaiki masyarakat dan membangun peradaban masih menggelorakan para pengikutnya tanpa janji imbalan dan jabatan. Dan perwujudan gagasan Mahatma Gandhi disini adalah Loka Rote tersebut. Harapannya adalah agar masyarakat Rote tergerak tanpa insentif uang melainkan gotong-royong untuk berbagi dengan tulus memajukan daerahnya.

Oase…

Life is a journey, hidup adalah perjalanan yang tidak akan pernah berakhir. Di depan kita terbentang seribu satu kemungkinan. Tidak ada bekal paling berharga kecuali tekad dan pendidikan. Hanya pendidikan yang mampu mengubah nasib sesorang dan suatu bangsa, minimal memutus mata rantai kemiskinan.

Loka Rote adalah nafas baru bagi bumi Rote dan isinya, setelah sebelumnya Rote Mengajar. Ibarat oase, mata air di pandang tandus. Oase ini bisa menjadi dentuman dahsyat jika diresapi dan diwujudkan dalam memajukan pendidikan di kota Ba’a untuk kehidupan yang lebih baik. Saya yakin mereka mempunyai potensi yang besar, hanya saja butuh perhatian dan kesempatan. Saya percaya, bahwa bangsa yang takut mencoba sebuah langkah dan kebijakan besar pasti tidak akan menjadi besar. Begitu pun seorang yang takut keluar dari zona nyaman, selamanya dia akan terpenjara. Saya melihat para guru dan penggerak pendidikan di kota Ba’a ini, telah berhasil keluar dari zona nyaman, setidaknya mau belajar dan menjadikan Loka Rote sebagai pijakan untuk menghimpun energi sebelum melanjutkan bekerja.

Au Sue Lote…. 

Kami ingin Indonesia menjadi lebih baik. Kunci untuk menjadi Indonesia yang lebih baik ada pada education Education tidak selalu mengarah pada pendidikan formal. Loka Rote telah menjawab dan menjadi kunci untuk perubahan kecil di Rote Ndao. Terlihat dari perubahan setelah Loka Rote ini berakhir. Semoga semangat itu terus berjalan tanpa adanya kami.

Pelajaran yang bisa dipetik dari Loka Rote, bagi saya pribadi adalah, mari merenung sejenak, setiap hari berapa banyak kita menerima pertolongan orang? …meminjam istilah Carol S. Pearson tentang teori arketipe. Dalam diri setiap orang terdapat struktur kejiwaan yang disebut orphan, secara harfiah berarti yatim-piatu. Sadar bahwa setiap orang bagaikan anak yatim piatu yang selalu membutuhkan sandaran dan uluran tangan, seharusnya yang dikembangkan adalah sikap dan kultur gotong-royong. Jika karakter anak kecil atau anak yatim piatu yang selalu mengharapkan pemberian orang lain ini menonjol hingga tua, kita akan gagal menjadi pemimpin untuk memajukan sebuah bangsa. Artinya jiwa pemimpin harus kita tanamkan dalam diri, minimal keputusan untuk selalu berbagi kepada sesama dengan tulus. Setidaknya jiwa pemimpin itu tampak pada diri para peserta Loka Rote yang tidak lain delegasi atau utusan dari sekolah masing-masing, mereka sebagai perantara pembawa pesan yang juga tonggak perubahan untuk pendidikan Rote lebih baik.

Terimakasih Loka Rote untuk 4 (empat) hari kebersamaan dalam tawa, canda, perdebatan, diskusi, gotong-royong, dan kenangan yang telah mengubah mindset saya dan menjadikan hidup ini makin bermakna, sekaligus terjalin silaturahmi dengan insan-insan positif tanpa lelah dari segala penjuru nusantara. it’s amazing… jadi selalu ingat segala tepuk yang telah diajarkan, mulai dari tepuk salut, tepuk segitiga, tepuk masyarakat hingga tepuk kasih sayang yang mempererat kebersamaan kami, baik relawan maupun peserta.

Mengutip top words, dari pesohor kita Riri Riza (Sutradara Film) bahwa “…menjadi anak muda adalah sebuah kesempatan yang mungkin tidak akan kita sadari, dan lewat begitu saja. Menjadi anak muda adalah kesempatan berpetualang sejauh-jauhnya, mencoba melawan berbagai kekhawatiran senekat-nekatnya. Dengan mengalkulasi risiko sebaik-baiknya, melakukan sesuatu yang betul-betul kita yakini dan kita cintai”. Berawal dari niat yang kami yakini dan cinta yang kami punya, kami beruntung dan bersyukur bisa menginjakkan kaki ditanah Rote, tapal batas selatan NKRI dengan membawa
misi perubahan yang lebih baik untuk pendidikan di Rote Ndao. Thank GOD, I am a volunteer…

Bagi para rekan relawan, semoga langkah positif ini tidak berhenti disini, masih banyak yang harus kita renungkan bersama dan patut kita perjuangkan. PR kita masih banyak kawan. selamat bernafas sejenak dan mengenang kembali kebersamaan kita… beta cuma bisa bilang… Au Sue Lote… Au Sue Lote… yang artinya Aku Cinta Rote, Rote dan isinya Bajingan Mamati! (keren sekali).

Menutup perjumpaan kita, ijinkan saya untuk mengenang 4 hari istimewa itu dalam balutan syahdu nan bermakna karya Ismail Marzuki, Indonesia Pusaka, saya persembahkan untuk rekan-rekan relawan, pejuang pendidikan yang mendedikasikan waktu, tenaga, pikiran bahkan materi dalam langkah kecil untuk negeri…

 Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa

Reff :
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata

Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya

Reff :
Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi

Sampai ketemu disisi Indonesia yang lain untuk perubahan positif yang berarti! 😉

 

Salam,

Bandung, 12 Desember 2015

 

Untitled
Ket : Loka Rote hari ke-dua, foto diambil sesaat setelah Aya, Kak Hayu dan Pak Daud menjadi juri lomba Taman Baca Idaman pada kelas Pengelolaan Taman Baca (Wahana Rubi)