Sabtu, 7 April 2018.

Kira-kira seminggu lalu, seratpena menambah pengetahuan dengan berkunjung ke rumah Iip D Yahya. Iip D Yahya yang lebih akrab disapa Kang Iip saat ini tengah sibuk atas peluncuran bukunya yang berjudul “NU Penjaga NKRI”. Dikarenakan rumah Kang Iip tidak terlalu jauh dari Rumah Baca Buku Sunda, maka kami melanjutkan perjalanan ke Margawangi VII no 5. Kediaman seorang essais yang fokus pada tema-tema lokal Sunda, Mamat Sasmita.

Mamat Sasmita yang lebih populer dengan nama Wa Sas, merupakan pendiri sekaligus pengelola mandiri Rumah Baca Buku Sunda. Istilah Wa merupakan sebutan bagi orang yang lebih tua dari ayah atau ibu kita.

Wa Sas sempat menjadi pimpinan redaksi majalah Cupumanik dan menjadi beberapa editor di berbagai majalah. Khususnya majalah berbahasa lokal Sunda. Tulisan-tulisan Wa Sas juga cukup sering muncul di kolom opini di koran Pikiran Rakyat dan Kompas sejak tahun 2006an dan masih aktif hingga hari ini.

Buku-buku berderet dan ditempatkan rapi. Sedikit ada debu namun sama sekali tak mengganggu. Sebagian buku ditempatkan sesuai disiplin ilmunya, dan lainnya ditempatkan sesuai kebutuhan Wa Sas.

“Buku memang memiliki sifat seperti itu. Misterius. Kadang ada saat tidak dicari dan kadang sulit dicari saat dibutuhkan. Dan, buku memiliki sifat yang beda beda” tutur Wa Sas saat kami menanyakan tentang “apakah pernah merasa kesulitan mencari buku yang telah tertata ini?”

Di Rumah Baca Buku Sunda memang sangat terbuka. Jarang-jarang kami menemukan tempat baca seperti ini. Tak ada tanda keanggotaan, boleh membawa makanan dari luar, tidak membayar saat meminjam atau telat mengembalikan, boleh membaca berlama-lama dan yang paling menyenangkan adalah dapat berbincang dengan pengelolanya.

Ketersediaan buku-buku di Rumah Baca Buku Sunda, bagi kami sangat luar biasa. Tidak banyak perpustakaan pribadi yang memiliki koleksi sebanyak ini di Bandung. Tidak dikomersilkan, dan benar-benar memiliki niat tulus untuk berbagi pengetahuan. Tak sedikit buku yang selama ini kami cari di berberapa perpustakaan di Bandung, dan akhirnya ketemu di tempat ini.

Rumah Baca Buku sunda menjadi salah satu alternatif khususnya bagi mereka yang mengkaji bidang-bidang humaniora dan kajian Sunda. Buku-buku dan majalah tentang Sunda, karya orang Sunda dan yang berbahasa Sunda sangat banyak ditemukan di sini. Tepat kiranya jika bernama Rumah Baca Buku Sunda. //DM//