Penulis: Ega Fausta
Editor, Proofreader: Dyah Murwaningrum
Kamis 9 Agustus 2018 lalu, di sore hari sekitar pukul 05.00 WIB, acara International Gamelan Festival (IGF) 2018 dibuka dengan permainan 73 perangkat gamelan yang dimainkan bersahutan sepanjang jalan Brigjen Slamet Riyadi Solo.
Tepatnya dimulai dari Plaza Sriwedari hingga ke Gladak. Perangkat gamelan yang dimainkan dalam rangka Soft Opening tersebut berasal dari sanggar – sanggar lokal dan sekolah – sekolah menengah di Solo Raya.
International Gamelan Festival (IGF) 2018 yang bertajuk HOMECOMING merupakan event gamelan bertaraf international pertama yang diselenggarakan di Solo. Selama satu pekan penuh, IGF diselenggarakan dengan beberapa agenda kegiatan yang terdiri dari pertunjukan, konferensi, pameran, launching buku, pemutaran film dan anjangsana situs yang bertema Gamelan. IGF 2018 menjadi ruang apresiasi sekaligus sarana edukasi bagi masyarakat tentang seni gamelan yang menjadi bagian pembentuk corak kebudayaan di Nusantara.
IGF 2018 memanfaatkan beberapa venue pertunjukan, seperti Balaikota, Benteng Vastenburg, Teater Besar ISI Surakarta, Pendopo Taman Budaya Jawa Tengah, Balai Soejatmoko dan Pendopo SMKN 8 Surakarta.
Selain itu digunakan pula tempat-tempat lainnya sebagai kegiatan konferensi dan diskusi, diantaranya adalah Teater Kecil ISI Surakarta, Pendopo Wisma Seni, Rumah Banjarsari dan Aula Fakultas Hukum Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS).
Kegiatan lainnya yang tak kalah penting dalam agenda IGF 2018 ini adalah pameran yang bertempat di Galeri Taman Budaya Jawa Tengah dan Pemutaran Film yang dilaksanakan di Cinema Room Omah Sinten Ngarsopuro Solo dengan format mini sinema.
Tak terelakkan pertunjukan merupakan bagian yang paling menarik minat masyarakat umum dibandingkan berbagai agenda lainnya. IGF 2018 mengundang kelompok-kelompok gamelan yang memiliki corak perkembangan, serta fungsi yang beraneka ragam dari berbagai belahan dunia.
IGF 2018 menjadi momentum silaturahmi sekaligus ziarah kebudayaan untuk menghidupkan serta merawat ingatan-ingatan masyarakat dan juga mengonstruksi kembali identitas serta tradisi melalui penghayatan estetis terhadap ensambel gamelan.
Setidaknya terdapat 20 kelompok gamelan dari 10 negara dan 41 kelompok gamelan slendro(salendro) pelog, serta gamelan dari sejumlah keraton Nusantara yang turut serta memeriahkan pertunjukan.
Sejumlah kelompok gamelan yang mengisi panggung-panggung IGF tersebut menyajikan pertunjukan yang beragam dari mulai sajian tradisi yang sangat klasik, sajian kolaborasi hingga sajian kontemporer dan eksperimentasi.
Megah dan istimewanya IGF salah satunya karena seniman dan empu-empu gamelan yang turut serta meramaikan acara membuat suasana kota Solo terasa lebih hangat dari biasanya.
Terlebih, pertemuan para akademisi dan peneliti gamelan yang mengisi berbagai kegiatan diskusi dan konferensi membuat kegiatan IGF 2018 terasa lebih berimbang, karena bukan hanya fokus pada berbagai pertunjukkan.
Masyarakat juga disuguhi berbagai informasi yang mengedukasi seputar gamelan khususnya dari segi perkembangannya dalam dunia penelitian dan keilmuan. Tema besar konferensi dan diskusi yang diselenggrakan dalam rangkaian agenda kegiatan IGF 2018 diurai dalam beberapa tema turunan, antara lain: (1) Histori dan Imajinasi Gamelan, (2) Industrialisasi, Globalisasi Ekonomi dan Gamelan, (3) Dialektika Gamelan: Modernitas, Sistem Pendidikan dan Kultur Gamelan, (4) Praksis dan Estetika Gamelan, (5) Gamelan dan Persebaran Agama-Agama Besar
Launching beberapa buku juga yang dilaksanakan pada hari Jumat, 10 Agustus 2018 bertempat di Pendopo Taman Budaya Jawa Tengah. Buku-buku yang diterbitkan berisi tentang Biografi dan pemikiran beberapa orang empu, notasi gending-gending langka/ kuno, serta hasil riset mengenai gamelan. Beberapa judul buku yang diterbitkan antara lain: “Memaknai Wayang dan Gamelan”, “Temu Silang Jawa, Islam dan Global”, “Contextualising Wayang & Gamelan to History, Islam and Nation State”, “Para Maestro Gamelan, Arkeologi Gamelan”.
IGF 2018 juga menyuguhkan pameran seni visual yang memberikan banyak informasi kepada masyarakat tentang bagaimana perjalanan seni gamelan sebagai subjek, media, juga objek dari kebudayaan masyarakat di Nusantara.
Berkaitan dengan tajuk HOMECOMING yang diangkat pada kegiatan IGF 2018, panitia kemudian mengklasifikasikan pameran dalam 3 spektrum pembacaan, yaitu rememberance, reflection, resonance. Rememberance atau ‘ingatan akan gamelan’, menampilkan beragam artefak arkeologis terkait gamelan.
Reflection, terkait dengan pemikiran baru dan pemaknaan baru yaitu lebih spesifik pada perjumpaan material dan medium gamelan yang mampu bersanding dengan beragam pengetahuan yang melahirkan praktik penciptaan seni, yang kontekstual dengan perkembangan masyarakat.
Resonance atau ‘gema’ diambil sebagai mode pembacaan atas dokumentasi ragam gamelan Nusantara dalam serangkaian karya fotografi dari para fotografer Indonesia. Selain itu, dalam pameran tersebut juga ditampilkan beberapa foto-foto sebagai bentuk apresiasi terhadap karya-karya finalis lomba fotografi yang diselenggarakan oleh panitia IGF 2018.
Berbagai agenda kegiatan IGF 2018 yang dilangsungkan selama satu pekan penuh ternyata terasa sangat singkat. Kamis, 16 Agustus 2018 tepat satu hari sebelum perayaan ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia acara IGF 2018 telah sampai pada acara puncaknya yaitu closing ceremony.
Penutupan acara IGF diselenggarakan di Balai Kota Surakarta dan dihadiri oleh para pejabat-pejabat kota Surakarta serta tokoh-tokoh gamelan. Acara penutupan juga dimeriahkan oleh beberapa pertunjukan yang sangat memukau dari “Gamelan Salukat Dewa Alit” (Denpasar), “Sean Hayward” (USA) dan kawan – kawan, Ananda Sukarlan bersama Anthony Hartanto dan Prodi Karawitan ISI Surakarta yang berkolaborasi dengan Komunitas Lengger Banyumas.
Selain menampilkan beberapa pertunjukan, pada sesi penutupan, panitia IGF 2018 juga memberikan trophy bagi pemenang lomba fotografi, souvenir bagi delegasi asing, juga penghargaan kepada para tokoh- tokoh berpengaruh dalam perkembangan gamelan di Nusantara.
Mengingat gamelan merupakan salah satu produk seni yang mencitrakan identitas bangsa Indonesia, juga miliki makna filosofi yang sangat dalam bagi para pemiliknya, event serupa IGF 2018 ini diharapkan menjadi event rutin tahunan.
Diharapkan melalui event ini masyarakat senantiasa mengingat, mencintai serta menghayati gamelan sebagai bagian dari seni yang membentuk corak budaya dan karakter khas Bangsa Indonesia. Event serupa IGF 2018 dapat menjadi penghilang dahaga hiburan juga menjadi ruang apresiasi sekaligus sarana edukasi tentang seni tradisi, bagi masyarakat luas.
*seluruh isi menjadi tanggungjawab penulis