Oleh : Rena Asyari

Tahun 2008 menjadi tahun yang kelam bagi para investor di Amerika. Bukan hanya peristiwa hancurnya bursa saham akibat kredit macet di sektor properti tetapi di tahun itu pula para investor dikejutkan dengan ditangkapnya Bernie Madoff oleh FBI. Bernie disinyalir melakukan penipuan dengan skema ponzi selama puluhan tahun atas dana kelola investasinya.

Bernie Madoff adalah seorang manajer investasi ternama di wall street. Di Bursa saham Amerika tak ada yang tak mengenal Bernie, sosok piawai yang dikenal sejak tahun 1960an dalam dunia investasi. Bisnis keuangannya bermula dari menghimpun dana orang-orang terdekat.

Nasib baik memihak Bernie, seiring ramainya dunia investasi maka bisnisnya pun semakin maju. Ribuan klien mempercayakan uangnya untuk dikelola Bernie. Kebanyakan dari mereka adalah pensiunan pegawai yang mempunyai harapan tentang keamanan finansial di masa tua

Bernie, sosok yang sangat disegani tersebut seketika meruntuhkan stigma family man yang disematkan padanya. Istri dan kedua anaknya tak pernah mengira bahwa selama ini mereka hidup dengan seorang monster. Monster yang telah menggerogoti darah ribuan kliennya untuk kesenangan dan kemewahan hidupnya.

Milyaran dollar dana investasi kliennya lenyap. Bernie tak bisa mengembalikan uang mereka. Beberapa kliennya bunuh diri karena merasa dikhianati. Yang lainnya, hanya bisa mengutuk dan meratapi nasib yang akan mereka hadapi.

Mark dan Andy adalah anak Bernie yang sangat kecewa dan marah dengan kelakuan ayahnya. Mereka sangat membencinya hingga tak mau lagi sedikitpun berkontak dengan Bernie. Mark dan Andy pun selain merasakan kebencian juga harus menanggung malu. Rundungan media dan orang-orang kerap mereka terima.  Nahas, Mark memilih bunuh diri karena tak sanggup menanggung derita.

Andy, adik Mark pun harus menyusul Mark setelah kanker yang hampir sepuluh tahun lalu dihabisinya menjadi aktif kembali. Ruth, istri Bernie tak menyangka akan hidup di bawah titik nadir. Suami yang dikenalnya sejak ia berusia 13 tahun telah membuatnya kehilangan dua anaknya sekaligus. Tak hanya itu, seluruh aset mereka yang tersebar di banyak tempat disita oleh pengadilan. Ruth menjadi homeless, kehidupan glamour dan sosialitanya harus ia tinggalkan.

Kisah tragis tersebut tidak perlu terjadi andai saja Bernie tidak mempunyai sifat narsistik dan sosiopat akut. Sebenarnya, pengetahuan dan skill Bernie dalam mengelola uang sangat cukup untuk membuat kehidupan keluarganya mapan dan stabil. Sayang, narsisme Bernie yang ingin menunjukkan bahwa dia adalah sosok penuh kuasa di keluarga membuatnya mampu dan sampai hati mengkhianati orang-orang yang menyayanginya.

Bernie lebih mementingkan dirinya. Seluruh hidupnya didedikasikan untuk memenuhi kepuasannya. Rasa tanggung jawabnya pada keluarga luruh ketika dia dihadapkan dengan alter egonya.

Sebenarnya, bukan sekali dua penipuannya hampir terbongkar media dan para pakar akuntansi tapi berkali-kali pula dia lolos dari penyelidikan. Setiap kali lolos dia seperti mendapat tantangan baru. Tak ada istilah mundur atau berhenti bagi Bernie, dia sosok yang percaya bahwa melangkah maju adalah satu-satunya jalan. Dia pun makin memperbesar skema ponzinya. Namun, layaknya bangkai, disimpan puluhan tahun suatu saat akan tercium pula, dan itulah yang terjadi di tahun akhir 2008.

Kisah Bernie Madoff bukan sekedar kisah seorang ayah yang bangkrut, tetapi Bernie Madoff adalah contoh ayah yang tidak bertanggung jawab dan tak punya cinta kasih. Bernie Madoff adalah ayahku, atau ayahmu, atau ayah kita yang dengan tanpa merasa bersalah telah mewariskan masalah dan duka pada anaknya. 

Sosok Ayah yang seperti Bernie Madoff tak pernah berpikir masa depan anaknya. Ambisinya telah membunuh generasi berikutnya. Anak-anak yang lahir dari ayah seperti Bernie Madoff akan menanggung rasa malu, takut, tidak percaya diri dan putus asa. Mereka akan menjadi sosok yang rentan, karakternya sulit terbangun, seluruh potensinya tidak muncul sehingga hidup mereka pun menjadi sulit. Tak ada satu anak pun yang menginginkan ayah seperti ini.

Kisah Bernie Madoff ini telah didokumentasikan oleh Netflix dengan judul “Madoff: The Monster of Wall Street” . Kisahnya memang harus terus digaungkan, diceritakan dari orang ke orang, dari generasi ke generasi untuk diambil pelajaran tentang kisah tragis kematian sebuah keluarga akibat arogansi seorang ayah.

Iklan