Sejak 2015 saya dan Dyah Murwaningrum memutuskan mendirikan komunitas Seratpena. Awalnya sederhana, tumpukan buku bacaan saya sudah sesak, memenuhi semua rak buku di rumah. Jumlahnya hampir 500an buah. Dyah yang pertama kali berkunjung dan melihat gunungan buku tersebut mengusulkan agar buku-buku ini turut dibaca oleh banyak orang. Saya yang seorang individualis tak pernah terpikir akan membentuk sebuah kolektif akhirnya menyepakatinya. Bermodal buku saya dan Dyah akhirnya Seratpena pun terbentuk dengan fokus kami pada buku, musik dan gambar yang dibantu oleh Wida.
Seratpena mulai kami promokan pada beberapa teman, mereka langsung mengajukan diri sebagai pendonasi buku untuk perpus Seratpena. Mereka adalah Rani, Teh Avi, Mbak Aya, Think, pak Made, Bu Emilia, Linda, Lydia, Yessy, Teh Lenny, Mas Mendik, Bu Septi dan donatur lainnya. Buku yang awalnya hanya ratusan dalam sekejap langsung menggunung. Kegiatan kami menjadi bertambah yaitu menyortir buku-buku donasi. Seratpena hanya menyimpan buku-buku humaniora (budaya, seni, sastra) dan sedikit buku agama, yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut langsung saya pisahkan.
Kami pun mulai menghubungi teman-teman yang mempunyai taman baca/perpustakaan di pelosok daerah di seluruh nusantara. Buku-buku pun mulai berpindah dari para donatur transit di Seratpena sebentar lalu kami kirimkan ke Merauke, Kupang, Makasar, Lombok, Jambi, Lampung, Pasuruan, Probolinggo, Jember, Surabaya, Maluku, Pontianak, Yogyakarta, Banten, Solo, Sumedang. Selain itu kami pun mensupport Unan dari NTT Youth Program, sebuah project membangun perpustakaan di NTT dengan target 10000 buku yang dikirim dari Jawa dan masih banyak sekali kota lainnya yang tidak bisa saya sebutkan karena lupa.

Beruntung di tahun 2017 pemerintah mengadakan program mengirim buku ke seluruh nusantara dengan gratis, meskipun seringnya kami mengeluarkan uang sendiri dan terkadang meminta donasi dari teman-teman untuk menyumbang ongkir. Hampir 3000an buku sudah Seratpena salurkan ke taman baca/perpustakaan.
Buku-buku semakin menumpuk. Gramedia Group (kompas, gramedia, KPG, Elex) di tahun 2016 mengirimkan buku untuk Seratpena hampir 500an buku. Begitu juga dengan penerbit Literati (Yayasan Quraish Shihab) di tahun 2017 mengirimkan buku untuk Seratpena sejumlah 300an buku. Kami pun di tahun tersebut memutuskan membuka Perpustakaan Seratpena di Jatiwangi. Dengan buku-buku dari Gramedia dan Literati.

2019, pemerintah memberhentikan layanan pengiriman gratis ini membuat kami mati langkah, karena jujur saja ongkos kirim ke luar Jawa lumayan menguras kantong, karena biasanya mengirim buku minimal 20kg. Sejak program ini berhenti, kami pun hanya dapat mengirim buku-buku ke taman baca yang ada di Jawa saja, pengiriman pun terbatas hanya 1-2 kg saja, karena memakai dana pribadi.
Senang bukan kepalang, dari 2015 kami merasai bagaimana buku dari tiap tangan berpindah ke tangan lainnya. Melihat raut gembira anak-anak dan masyarakat berseri memegang buku-buku dari foto dikirimkan oleh teman pengelola taman baca di daerah, sekedar memberi kabar bahwa buku-bukunya sampai dengan selamat dan sedang dibaca oleh mereka.
2020, bulan Juli. Pandemi membuat kami menjadi lebih peka dengan barang-barang yang kami punyai termasuk buku-buku. Hampir 1600an buku yang berada di Seratpena Bandung, ditambah 800an buku di Seratpena Jatiwangi. Bukan jumlah yang banyak juga tidak terlalu sedikit. Kami pun mulai menata kembali buku-buku yang Seratpena ingin simpan saja.
Kami sortir lagi, hasilnya selama 1 bulan hampir 900 buku+majalah, 100 CD Musik berbagai genre sudah kami titipkan dan hibahkan ke pondok pesantren di Probolinggo, dua perpustakaan yang dikelola komunitas di Cirebon dan Bandung, 1 perpustakaan kampus di Bandung, 1 taman baca di Kupang, 2 taman baca di Jatiwangi dan puluhan individu dengan masing-masing mendapat jumlah buku yang beragam dari 2 buah-20an perorang. Dan, tentu saja dalam hari-hari ke depan jumlah koleksi ini akan terus dikurangi. Rasanya senang sekali, ruang kami menjadi luas.
Melalui catatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang teramat banyak bagi para donatur yang sudah beriringan melangkah selama 5 tahun dengan Seratpena. Kami juga memohon maaf jika buku teman-teman yang sedianya diperuntukkan untuk berada di perpus Seratpena kini telah kami alihkan ke banyak tempat.
Dengan berkurangnya jumlah buku di Seratpena secara drastis dengan ini kami menyatakan SERATPENA TIDAK LAGI MEMINJAMKAN BUKU! Tetapi jangan khawatir teman-teman masih dapat mengakses informasi, pengetahuan di rumah kami website www.seratpena.com. Rumah yang selalu terbuka untuk siapa saja, menulis, mendokumentasikan, mencatat pengalamannya tentang sastra, seni, musik, budaya.
Salam,
Rena Asyari (Pustakawan Seratpena)